Judul : Dear Nathan
Karya : Erisca Febriani
Penerbit
: Best Media
Terbit
: Maret 2016 (Cetakan Pertama)
Tebal
: 528 halaman
Seperti apa hidup kita ke depan, nggak akan pernah ada yang
tahu bentuknya. Seperti hidup Salma yang berubah drastis saat dia pindah ke SMA
Garuda. Teman-temannya tak sealim saat di sekolah lamanya. Beberapa dari mereka
tercipta sebagai tukang rusuh dan senang berantem, termasuk Nathan, cowok yang
menyelamatkan Salma dari hukuman karena datang telat.
“Di SMA kalau nggak ada murid
sejenis Nathan mah nggak seru, belum berasa putih abu-abunya. Kalau semua anak
di sekolah ini kalem, pasti nggak bakal rame.” – Rahma – hlm. 79
Nathan, dia tak mengira akhirnya bisa sangat jatuh cinta
pada Salma, anak baru yang tampak ingin menangis saat telat datang ke sekolah.
Kalau bagi Nathan, terlambat adalah hal biasa baginya, ternyata jauh berbeda
jika situasi itu dihadapi oleh cewek manis yang membuatnya berubah jadi cowok
yang penuh perasaan.
“Meskipun saya tampangnya
berandalan. Tapi saya amat menghargai perempuan. Perempuan itu kayak kaca,
kalau retak ya bakalan retak seumur hidup dan nggak bakal bisa balik kayak
semula. Gimana pun caranya.” – Nathan – hlm. 95
Nathan baru tahu, jatuh cinta pada cewek lugu yang belum
pernah pacaran jadi hal yang cukup menguras tenaganya. Awalnya, dia begitu
menikmati pengejaran cintanya. Tapi, apakah Nathan selamanya akan menikmatinya
jika Salma terus menerus bersikap cuek padanya?
“Dan seandainya pemilik hati kamu
adalah saya, ke mana pun kamu pergi, hati itu pasti akan balik kepemilik sejati
dan Tuhan punya seribu satu cara untuk mendekatkan kita lagi. Tapi kalau bukan
milik saya? Tuhan juga punya banyak cara untuk nemuin kamu dengan yang lain.” – Nathan – hal. 486
Tidak hanya cinta yang memperumit hidup Nathan. Ada masalah
lebih besar yang sejak lama dihadapinya, masalah keluarga yang sangat berat,
hingga Nathan merasa begitu berat menanggungnya. Kehilangan orang yang sangat
disayangi, merasa ditinggalkan oleh ayahnya, dan masih banyak lagi masalah
dalam otak Nathan.
“Nath, dunia ini udah penuh dengan
kesedihan dan air mata. Seandainya lo nggak hanya fokus pada luka lo sendiri,
ada banyak hal indah yang selama ini lo lewatin.” – Seli – hlm. 473
Dear Nathan, kisah masa putih abu-abu yang
sweet. Sangat sweet sampai kamu akan merasa kangen menjadi anak SMA lagi. Jadi
remaja memang bagian hidup yang tak terlupakan. Masa-masa dimana kita mencari
jati diri, begitu ingin bebas lepas, dan baru mengenal tentang cinta.
Meskipun tema yang diusung memang sering kita jumpai, tapi
karakter Nathan-lah yang jadi bagian paling apik di novel ini. Penulis berhasil
menciptakan tokoh yang membuai pembaca. Bagaimana dia bersikap, tingkahnya,
kejahilannya, dan terutama bagaimana cara Nathan saat bersama Salma – semua
sangat menarik.
Nathan ini memang bad boy, tapi bukan playboy. Rasanya, jadi
mulai berpikir, nggak semua bad boy adalah playboy. Dan, anak-anak nakal seperti
Nathan harusnya bukan dimusuhi atau malah dilabeli ‘nakal’, karena selalu ada
alasan yang membuat mereka tercipta sebagai anak nakal. Banyak yang salah dalam
mengatasi anak-anak seperti ini. Makanya, anak nakal dimarahi bukannya membaik,
tapi malah menjadi.
Karakter Salma yang terasa lugu, manis, pintar, dan punya
jiwa yang halus, memang tampak kontras dengan Nathan. Namun, karena kontras
itulah jadi terasa semakin menarik. Aku suka cara Salma bersikap di depan
Nathan. Keluguannya mengatasi cinta yang pertama kali menyambangi hatinya,
membuat Salma jadi semakin manis dan pantas jadi sasaran kejaran Nathan.
Intinya, kalau masalah karakter, penulis berhasil membuat
karakter-karakter yang kuat. Tidak hanya pada tokoh utamanya, untuk tokoh
pendukung yang jumlahnya bejibun, penulis mampu memberi mereka ciri khas satu
persatu khas anak SMA.
Banyak ilmu yang bisa diambil dari novel ini. Tentang
pengorbanan, tentang kasih sayang, persahabatan, bahkan tentang arti memaafkan
dan mau menerima kenyataan.
Novel ini bermula dari Wattpad. Aku kenal novel ini juga
dari Wattpad. Ada beberapa yang berubah di edisi cetaknya ini. Seperti beberapa
nama teman Salma. Lalu cara bicara Nathan ke Salma yang menggunakan
‘saya-kamu’. Rasanya, malah nggak pas. Aku yang mengenal novel ini lewat
Wattpad jadi merasa janggal. Dan, cara bicara Nathan yang menggunakan
‘saya-kamu’ malah terkesan nggak Nathan banget. Oke, penulis sudah menjelaskan
kenapa dia pakai ‘saya-kamu’, tapi tetap rasanya nggak pas. Kalau ‘aku-kamu’
mungkin masih oke.
Tapi novel ini mampu membuat pembacanya
baper karena kisah cinta Salma dan Nathan,mampu membuat pembacanya sedih karena
permasalahan antara Nathan dan keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar