Selasa, 30 Oktober 2018

Dia Adalah Dilanku tahun 1990 karya Pidi Baiq


 Gambar terkait

                                                         Judul : Dia Adalah Dilanku 1990
                                                                  Penulis : Pidi Baiq
                                                                  Tahun terbit : 2015
                                            Penerbit: Pastel Books, Mizan Media Utama






Kali ini, saya mau review sedikiiiiit ajah tentang novel yang akhir-akhir ini bikin saya baper. Baper karena entah kenapa menurut saya novel ini “saya” banget. Bukan dari segi cerita yaaah, saya nggak baper sama cinta-cintaan anak SMA padahal. Bahkan novel jenis ini sebenernya saya hindari, karena kebanyakan sok puitis yang jatuhnya “apaan siih?” buat saya.


“Hati-hati Lia, jangan ada yang melukaimu. Nanti besoknya orang itu akan hilang”

Pernah merasa kenal dengan kalimat itu? Atau malah diantara kalian udah baper duluan ketimbang saya?
Iyaah, ini novel bukan baru aja launched ya sodara-sodaraaa.. sayanya yang telat baca. Padahal tiap ke Gramedia, buku ini selalu masuk list novel terlaris.

Lantas, kenapa Novel ini bikin saya baper?
Pertama, saya suka sama gaya penulisannya. Nggak berbelit-belit, nggak menggunakan bahasa sastra tingkat tinggi yang kadang perlu beberapa kali saya ulang bacanya supaya saya paham maksudnya. Selamaat Ayah Pidi Baiq, anda sekarang jadi salah satu penulis Indonesia favorit saya.

Kedua, saya suka penggambaran sosok Dilan, ngebayangin aja ada anak SMA dengan jabatan “panglima tempur” geng Motor tapi konyol abiis dan bisa ngegaet cewe cantik dengan jurus yang ‘apa adanya’. Siapa coba yang bakal PDKT sama cewe dengan gaya meramal. Sumpah kalo ini basii banget sebenernya tapi karena ramalnya ala Dilan ya jadinya lucu.
Terus siapa coba yang PDKT tapi bilang gini “kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tau kalo sore”. Udah gitu pas sakit sementara teman-teman sekelas nengokin eh dianya nganter tukang pijet. Sederhana tapi manis..
Jujuur, andai kalian jadi Milea pasti tambah penasaran kan sama cowok nggak jelas ini?? Karena dia unik.

Ketiga, saya suka jalan ceritanya. Kisah romansa jaman SMA tapi realistis banget. Kok? Iya, walaupun endingnya mereka sama-sama tau kalau putusnya mereka dulu cuma gara-gara salah paham, saling mempertahankan ego tanpa meminta penjelasan kemasing-masing. Tapi mereka nggak balikan karena Dilan dan Milea sama-sama udah punya pasangan. Bahkan Milea waktu itu udah mau tunangan. Ini yang saya suka. In real world deh.
Oke itu alasan-alasan saya suka sama novel ini. Dari internet, saya baru tau kalo ayah pernah bilang ini kisah nyata. Bahkan di novel Milea, dijelaskan bagaimana ayah ketemu sama sosok Dilan yang akhirnya bersedia menulis cerita dari sisi Dilan.Tapi eh tapi, saya jadi penasaran beneran lhoo dengan sosok Dilan. Saya malah ngerasa andai Dilan ini bener ada manusianya.

Ada banyak pesan yang coba ayah masukkan dalam ketiga novelnya ini.
Pertama, perempuan itu tidak semata tertarik dengan lelaki kaya yang bermodal uang namun nggak punya tata karma seperti Beni. Justru dengan wajah pas-pasan Dilan bisa memikat Milea dengan caranya sendiri.

Kedua, lingkungan keluarga mempengaruhi perkembangan anak. Dilan sedari kecil tumbuh di tengah kasih sayang kedua orang tuanya, sekalipun keduanya sama-sama bekerja bahkan ayah Dilan sering dinas keluar kota karena bekerja sebagai tentara.  Mungkin itulah penyebab Dilan yang meskipun bergaul dengan gangster sebagaimana yang sering Milea katakan tentang teman-teman Dilan, tak satu kalipun Dilan ikut-ikutan melakukan perbuatan yang merugikan dirinya dan orang lain, sepeti mabuk-mabukan, malak, atau memakai narkoba.

Ketiga, jangan hidup dengan prasangka karena akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Sebagaimana apa yang dirasakan oleh Dilan dan Milea. 

Keempat, jangan jadi orang yang hidup di masa lalu, masa lalu jadikan sebagai pelajaran namun masa lalu harus tetap tinggal di masa lalu. 
"Dalam berbagai hal, Lia telah mendidik karakter dan kepribadianku untuk membuat diriku menjadi lebih baik di dalam menjalin hubunganku dengan orang lain setelah Lia. Aku tidak merasa harus lebih baik dari orang lain, aku hanya berusaha untuk lebih baik dari diriku yang kemarin" Milea, suara Dilan.

Sebelum saya tutup, saya kasih bonus kalimat-kalimat dan puisi paling favorit saya dari ketiga buku ini yaaa :

“Milea, kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu. Enggak tau kalo sore”
-       Dilan

“Nanti kalau kamu mau tidur, percayalah, aku sedang mengucapkan selamat tidur dari jauh. Kamu nggak akan dengar” – Dilan

"Sekarang kamu tidur. Jangan begadang. Dan, jangan rindu."
"Kenapa?" Kutanya
"Berat" jawab Dilan "Kamu gak akan kuat. Biar aku saja"
-Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990

“Selamat ulang tahun Milea. Ini hadiah untukmu, cuma TTS. Tapi sudah kuisi semua. Aku saying kamu. Aku tidak mau kamu pusing karena harus mengisinya” Dilan

“Kamu tau caranya supaya aku nangis? Gampang. Menghilanglah kamu di bumi”

“Aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu urusanmu!” Milea

“Kenapa kamu nggak pernah marah ke aku?”
“Aku pasti marah ke orang yang berani marahin kamu. Masa, aku sendiri marahin kamu”

"Terima kasih Lia. Terima kasih dulu kau pernah mau"





Tidak ada komentar:

Posting Komentar