Penulis : Pidi Baiq
Tahun terbit : 2015
Penerbit: Pastel Books, Mizan Media Utama
Kali ini, saya mau review
sedikiiiiit ajah tentang novel yang akhir-akhir ini bikin saya baper. Baper
karena entah kenapa menurut saya novel ini “saya” banget. Bukan dari segi
cerita yaaah, saya nggak baper sama cinta-cintaan anak SMA padahal. Bahkan novel
jenis ini sebenernya saya hindari, karena kebanyakan sok puitis yang jatuhnya
“apaan siih?” buat saya.
“Hati-hati Lia, jangan ada yang
melukaimu. Nanti besoknya orang itu akan hilang”
Pernah merasa kenal dengan kalimat
itu? Atau malah diantara kalian udah baper duluan ketimbang saya?
Iyaah, ini novel bukan baru aja launched
ya sodara-sodaraaa.. sayanya yang telat baca. Padahal tiap ke Gramedia, buku
ini selalu masuk list novel terlaris.
Lantas, kenapa Novel ini bikin saya
baper?
Pertama, saya suka sama gaya
penulisannya. Nggak berbelit-belit, nggak menggunakan bahasa sastra tingkat
tinggi yang kadang perlu beberapa kali saya ulang bacanya supaya saya paham
maksudnya. Selamaat Ayah Pidi Baiq, anda sekarang jadi salah satu penulis
Indonesia favorit saya.
Kedua, saya suka penggambaran sosok
Dilan, ngebayangin aja ada anak SMA dengan jabatan “panglima tempur” geng Motor
tapi konyol abiis dan bisa ngegaet cewe cantik dengan jurus yang ‘apa adanya’.
Siapa coba yang bakal PDKT sama cewe dengan gaya meramal. Sumpah kalo ini basii
banget sebenernya tapi karena ramalnya ala Dilan ya jadinya lucu.
Terus siapa coba yang PDKT tapi
bilang gini “kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tau kalo sore”.
Udah gitu pas sakit sementara teman-teman sekelas nengokin eh dianya nganter
tukang pijet. Sederhana tapi manis..
Jujuur, andai kalian jadi Milea
pasti tambah penasaran kan sama cowok nggak jelas ini?? Karena dia unik.
Ketiga, saya suka jalan ceritanya.
Kisah romansa jaman SMA tapi realistis banget. Kok? Iya, walaupun endingnya
mereka sama-sama tau kalau putusnya mereka dulu cuma gara-gara salah paham,
saling mempertahankan ego tanpa meminta penjelasan kemasing-masing. Tapi mereka
nggak balikan karena Dilan dan Milea sama-sama udah punya pasangan. Bahkan
Milea waktu itu udah mau tunangan. Ini yang saya suka. In real world deh.
Oke itu alasan-alasan saya suka sama
novel ini. Dari internet, saya baru tau kalo ayah pernah bilang ini kisah
nyata. Bahkan di novel Milea, dijelaskan bagaimana ayah ketemu sama sosok Dilan
yang akhirnya bersedia menulis cerita dari sisi Dilan.Tapi eh tapi, saya jadi
penasaran beneran lhoo dengan sosok Dilan. Saya malah ngerasa andai Dilan ini
bener ada manusianya.
Ada banyak pesan yang coba ayah
masukkan dalam ketiga novelnya ini.
Pertama, perempuan itu tidak semata
tertarik dengan lelaki kaya yang bermodal uang namun nggak punya tata karma
seperti Beni. Justru dengan wajah pas-pasan Dilan bisa memikat Milea dengan
caranya sendiri.
Kedua, lingkungan keluarga
mempengaruhi perkembangan anak. Dilan sedari kecil tumbuh di tengah kasih
sayang kedua orang tuanya, sekalipun keduanya sama-sama bekerja bahkan ayah
Dilan sering dinas keluar kota karena bekerja sebagai tentara. Mungkin
itulah penyebab Dilan yang meskipun bergaul dengan gangster sebagaimana yang
sering Milea katakan tentang teman-teman Dilan, tak satu kalipun Dilan
ikut-ikutan melakukan perbuatan yang merugikan dirinya dan orang lain, sepeti
mabuk-mabukan, malak, atau memakai narkoba.
Ketiga, jangan hidup dengan
prasangka karena akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Sebagaimana apa
yang dirasakan oleh Dilan dan Milea.
Keempat, jangan jadi orang yang
hidup di masa lalu, masa lalu jadikan sebagai pelajaran namun masa lalu harus
tetap tinggal di masa lalu.
"Dalam berbagai hal, Lia telah
mendidik karakter dan kepribadianku untuk membuat diriku menjadi lebih baik di
dalam menjalin hubunganku dengan orang lain setelah Lia. Aku tidak merasa harus
lebih baik dari orang lain, aku hanya berusaha untuk lebih baik dari diriku
yang kemarin" Milea, suara Dilan.
Sebelum saya tutup, saya kasih bonus
kalimat-kalimat dan puisi paling favorit saya dari ketiga buku ini yaaa :
“Milea,
kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu. Enggak tau kalo sore”
-
Dilan
“Nanti
kalau kamu mau tidur, percayalah, aku sedang mengucapkan selamat tidur dari
jauh. Kamu nggak akan dengar” – Dilan
"Sekarang kamu tidur. Jangan begadang. Dan, jangan rindu."
"Kenapa?" Kutanya
"Berat" jawab Dilan "Kamu gak akan kuat. Biar aku saja"
-Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
"Sekarang kamu tidur. Jangan begadang. Dan, jangan rindu."
"Kenapa?" Kutanya
"Berat" jawab Dilan "Kamu gak akan kuat. Biar aku saja"
-Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
“Selamat
ulang tahun Milea. Ini hadiah untukmu, cuma TTS. Tapi sudah kuisi semua. Aku
saying kamu. Aku tidak mau kamu pusing karena harus mengisinya” Dilan
“Kamu tau
caranya supaya aku nangis? Gampang. Menghilanglah kamu di bumi”
“Aku
mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu
urusanmu!” Milea
“Kenapa
kamu nggak pernah marah ke aku?”
“Aku pasti
marah ke orang yang berani marahin kamu. Masa, aku sendiri marahin kamu”
"Terima
kasih Lia. Terima kasih dulu kau pernah mau"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar