Judul : Serendipity
Penulis : Erisca Febriani
Penerbit : Inari
Tebal : 424 halaman
Terbit : Cetakan I - November 2016
Blurb:
Dulunya, Arkan dan Rani adalah sepasang kekasih. Tiba-tiba,
di sebuah taman kota, Arkan mengikrarkan bahwa mereka harus berpisah.
Dua bulan telah berlalu. Sekarang, meskipun mereka satu
kelas, Arkan tidak pernah lagi menyapanya. Kadang, memang selucu itu; mereka
yang dulu bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengobrol tentang apa
pun, kini bahkan tidak tahu bagaimana caranya mengucapkan ‘hai’ atau ‘selamat
pagi’.
Rani tahu Arkan membencinya. Rani tahu ini kesalahannya. Tapi
Arkan seharusnya mendukungnya. Dia sedang berusaha bertahan hidup.
Dengan segala kemampuannya, dengan segala perisai dan
kekuatannya, Rani berusaha bertahan dan berdiri tegak.
***
“Rani masih tidak menyangka bahwa seseorang
yang begitu istimewa baginya, menjadi bagian dari kenangan manis yang
terpetakan baik di hati, justru berbalik arah menjadi seseorang yang menikamnya
dengan belati.”
-Page 21.
Semua berubah dalam sekejap dalam
hidup Rani sejak malam itu. Di mana Arkan Indra Kamajaya memergokinya, juga
memutuskan untuk mengakhiri kisah mereka detik itu juga. Kemudian sedikit demi
sedikit, orang-orang di sekitar Rani jelas menunjukkan sikap bahwa mereka
menghindari gadis itu. Menatapnya bak makhluk aneh. Menganggapnya membawa
pengaruh buruk. Semuanya, bahkan Jean yang menjadi sahabatnya selama ini.
Mereka menyerap berita dari apa yang
mereka lihat. Menyimpulkan semuanya seorang diri, berspekulasi mengenai
kebenaran yang ada di balik semua foto-foto yang beredar, tanpa memberikan
kesempatan pada Rani untuk menjelaskan yang sebenarnya. Menghujat, merendahkan,
menghakimi, mereka dibutakan oleh rasa percaya diri tinggi.
Lalu muncul Gibran si anak baru keturunan Arab-Indonesia, yang seakan memang ditakdirkan untuk menghibur Rani di masa-masa sulitnya ini, meskipun awalnya Rani kurang nyaman dengan tingkahnya yang petikilan dan hobi tebar pesona. Tapi Gibran berbeda, ia tidak serta merta memercayai gosip tentang Rani yang beredar di kalangan teman-temannya begitu saja.
Lalu muncul Gibran si anak baru keturunan Arab-Indonesia, yang seakan memang ditakdirkan untuk menghibur Rani di masa-masa sulitnya ini, meskipun awalnya Rani kurang nyaman dengan tingkahnya yang petikilan dan hobi tebar pesona. Tapi Gibran berbeda, ia tidak serta merta memercayai gosip tentang Rani yang beredar di kalangan teman-temannya begitu saja.
“Lo sebenarnya masih sayang, kan, sama
Rani?" - page 322.
Namun bagaimana jika Gibran telah melihat bukti yang membuat gosip itu tak bisa disangkal lagi? Bagaimana jika saat fakta mulai terungkap, semua ini ternyata lebih pelik dari yang dibayangkan? Dan kemudian Rani tahu bahwa ia harus menerima fakta, bahwa hidupnya sudah tak akan mungkin bisa sama lagi.
Di halaman-halaman awal, saya
menebak bahwa Serendipity akan menyajikan kisah yang kelam, dan
saat selesai membacanya, ternyata memang kelam, namun tidak sekelam yang saya
harapkan sebelumnya. Serendipity berlatarkan kehidupan anak SMA, kedua
tokoh utamanya pun memang masih duduk di bangku SMA, dengan masalah
masing-masing yang disembunyikan rapat-rapat.
Di awal kita akan dibuat
bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi? Benarkah Rani melakukan hal
semacam itu? Untuk apa? Mengapa Arkan terlihat sangat membenci Rani? Apa
semata-mata hanya karena malam itu? Kenapa Arkan sampai tega menyebarkan foto
itu? Ingin balas dendam karena dikhianatikah? Dan berbagai pertanyaan
lainnya. Erisca berhasil menyambungkan benang merah yang nantinya akan
menghubungkan jawaban di balik pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Ini kisah Rani, dengan kehidupannya
yang mulai berat terhitung sejak dua tahun setelah kepergian ayahnya. Keputusan
berat harus dipilihnya demi bisa melanjutkan hidup, belum lagi dengan ibunya
yang berubah seiring berjalannya waktu, tidak sehangat dulu lagi. Semuanya
berubah. Kehidupan seakan tak adil. Membuat Rani kadang-kadang berpikir, untuk
apa ia hidup di dunia ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar