Jumat, 02 November 2018

Tentang Kamu Yang Tak Tahu Arti Menunggu karya Tarina Arkad


Hasil gambar untuk review novel tentang kamu yang tak tahu arti menunggu 
        Judul: Tentang Kamu yang Tak Tahu Arti Menunggu
                                Penulis: Tarina Arkad
                                Penerbit: Elex Media

Tentang Kamu yang Tak Tahu Arti Menunggu adalah novel pertama dengan genre 
teenlit yang saya baca setelah bertahun-tahun. Dan hasilnya? Tidak mengecewakan. Boleh dikatakan saya puas dan isi novel ini sesuai ekspektasi saya.

Gandis tahu mereka sudah berjanji. Namun Diyan mengungkari. Gandis percaya bahwa berharap lebih artinya siap dikecewakan, hanya saja ia luoa bahwa orang terdekatlah yang justru punya kesempatan melukai lebih besar.

Lalu Diwang muncul, menawarkan harapan yang tak ingin Gandis yakini. Tidak seharusnya perasaan itu ada di tengah ikatan persahabatan. Tapu Diwang percaya justru Gandis satu-satunya orang yang bisa membuatnya jatuh cinta setengah mati.
Gandis menyadari kerumitan ini. Hingga ia tak menyangka kehadiran sosok yang bisa menyederhanakan semua. Sosok tak disangka yang mengubah tangisan luka menjadi semburat senyum bahagia.

Ini tentang janji yang diingkari. Tentang harapan yang dikecewakan. Tentang sosok yang tak disangka akan datang mengobati luka.

Alur yang digunakan mayoritas dalam buku ini adalah alur maju, dengan sedikit flashback. Menggunakan PoV 3, dengan PoV yang konsisten di tiap scene. Sehingga sudut pandang tokoh yang lain bisa misterius sampai waktunya tiba. Baru membaca, saya sudah disuguhi dengan heart breaking scene. Not exactly heart breaking—tapi juga bukan adegan yang akan membuat kamu tertawa.

Gaya bahasa ditulis dengan apik yang disesuaikan dengan karakter masing-masing tokoh—bisa dibilang unik, karena penulis memadukan antara bahasa indonesia baku dengan bahasa gaul dan slank kekinian. Bahasa yang digunakan penulis memang mendukung karakter masing-masing tokoh, hanya saja bagi saya yang tidak terbiasa dengan keberadaan bahasa non baku pada narasi, hal ini sedikit mengganggu. Untung saja hal itu ditutupi oleh ceritanya yang mengalir dengan cukup bagus dan rapi. Juga konflik internalnya yang dieksplor dengan sangat baik, sehingga pembaca benar-benar bisa masuk dalam cerita. Dan, saya paling suka bagian konflik, yang ternyata nggak sesimpel yang saya bayangkan.

Meskipun saya juga menyukai hampir semua bagian. Penarasian yang apik, penokohan yang pas, PoV yang konsisten, konflik yang diambil, twist di sana dan di sini yang membuat saya gemas, dan penyelesaian yang tidak pernah saya duga sebelumnya—eksekusinya sangat pintar. Begitu juga dengan tokoh-tokohnya. Tarina memberikan ruang bagi tiap-tiap tokoh untuk bersinar, karakter masing-masing tokoh dibuat se-real mungkin tanpa dramatisasi berlebih. Bagaimana penulis membuat para remaja ini menyelesikan masalahnya—yang menunjukkan kedewasaan mereka—patut diacungi jempol. Intinya adalah, buku ini lebih kompleks dari blurbnya, yang menurut sebagian orang menyesakkan dada.

Dan untuk para pecinta quotes, pasti terpuaskan dengan kehadiran quotes puitis di tiap awalan bab yang disertai dengan ilustrasi keren.

Selain dari diksi non baku pada penarasian yang mengganggu saya, pendeskrisian setting tempat menurut saya juga kurang kuat. Setting tempat yang digunakan adalah sekolah, pusat perbelanjaan, rumah, dan gedung olah raga. Entah saya yang terlalu fokus pada pembawaan konflik batin yang memang sangat menyentuh, atau memang ada kekurangan dalam pendeskripsian sehingga dari awal saya gagal paham jika, Gandis dan ketiga teman cowoknya (Diyan, Diwang, dan Langga) a) tinggal di kompleks perumahan yang sama, dan b) tidak satu sekolah. Saya harus membaca ulang beberapa bagian untuk akhirnya memahami dua hal tersebut. Tapi di samping itu, untuk sebuah novel teenlit dengan konflik yang tidak melulu berpusat pada percintaan remaja, ditulis menggunakan bahasa yang unik tapi ada kesan elegan, serta penokohan yang menggambarkan sisi kedewasaan dari remaja-remaja berusia 17 tahun, serta eksekusi yang jauh dari pemikiran remaja yang kebanyakan impulsif, novel ini sangat layal untuk dibaca.

Banyak pelajaran yg bisa diambil dari sini, tersirat maupun tersurat. Novel ini tidak melulu membahas tentang kisah cinta remaja yang dunianya hanya berputar pada hati yang sedang jatuh cinta, disakiti, dan sebagainya. Ada banyak hal yang bisa ditemukan. Baik tentang makna janji, cinta, persahabatan, keluarga, dan cita-cita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar